Spanyol
 merupakan sebuah negara kerajaan yang telah mengalami suatu sejarah 
yang menarik dan bergolak. Keadaan alam yang bergunung-gunung dan 
kering, menjadikannya sebuah negeri yang sukar ditaklukan.
Perjalanan
 sejarahnya dipengaruhi oleh banyak budaya dan negara. Akar budaya 
Spanyol berasal dari perpaduan budaya Latin, Visigothic Eropa, Katolik 
Roma, Islam Timur Tengah, dan lingkungan Mediterania. Hal ini menjadikan
 Spanyol sebagai sebuah bangsa dengan keragaman budaya yang tinggi.
Keragaman
 budaya yang tinggi dapat dilihat dari beberapa budaya populer Spanyol 
seperti tarian flamenco, adu banteng, bull-run, dan tomatina yang banyak
 mendapat pengaruh dari berbagai latar belakang budaya. Benang merah 
dari keragaman budaya ini adalah kecintaan akan tantangan, unsur-unsur 
‘kegilaan’, chaotic yang diimbuhi suasana kontradiktif.
Di
 tengah keberagaman budaya tersebut, telah lama di Spanyol terjadi 
hegemoni kaum Basque yang mayoritas (berpusat di Madrid), terhadap 
kaum Catalonia yang minoritas (berpusat di Barcelona). Namun, angin 
segar kebebasan berhembus bagi kaum Catalonia ketika pihak pusat Basque 
mengalami goncangan dan penurunan di abad ke-18. Hal ini membawa semacam
 semangat baru nasionalisme Catalonia ke segala bidang, termasuk 
arsitektur. Hal inilah yang menjadi salah satu latar belakang 
nasionalisme karya-karya Gaudi bagiCatalonia.
Walaupun
 terjadi ketegangan antara kaum Basque dan kaum Catalonia, tetapi 
sebagai sesama budaya serumpun, budaya Spanyol secara umum (Basque) dan 
budaya Catalonia saling mempengaruhi dalam prakteknya. Begitu pula yang 
terjadi pada antara budaya Spanyol dan Gaudi (sebagai seorang Catalan). 
Memang, karya-karya Gaudi tidak pernah dikaitkan dengan budaya Spanyol 
secara keseluruhan, namun unsur-unsur budaya Spanyol secara umum yang 
mencerminkan keberanian, kecintaan akan tantangan, keberagaman, serta 
unsur ‘kegilaan’, chaotic, dan kontradiktif ada dalam semangat karya-karya Gaudi.
Karena
 itu, sebagai seorang mahasiswa arsitektur, penulis berpandangan bahwa 
sesuatu yang ‘gila’ dalam konteks kreatifitas, bukanlah sesuatu yang 
selalu negatif. ‘Kegilaan’ dalam berkreasi dapat menjadi semangat desain
 yang mendorong semangat berkarya dan berinovasi.
1.2. Latar belakang
Latar
 belakang dari pemilihan topik ini adalah ketika pada kuliah pertama 
Issue Arsitektur Kontemporer, mahasiswa diajak untuk menjadi ‘gila’ 
dalam mata kuliah ini.
Kalau
 mau bicara tentang ‘gila’, maka tokoh saya adalah Antonio Gaudi. Dia 
arsitek favorit saya; yang karya-karyanya merupakan perkenalan pertama 
saya dengan arsitektur. Ketika masih SMP, saya pernah menonton acara 
jalan-jalan ke Spanyol. Waktu itu, si pembawa acara berkunjung ke Casa 
Milla. Seluruh bangunan tersebut, terutama kolomnya yang bagai dipuntir 
dari plafon dan meleleh di lantai benar-benar membuat saya terpukau. 
Sejak saat itu, saya jatuh cinta dengan arsitektur dan jadi penasaran 
dengan segala hal yang berkaitan dengan Gaudi dan Spanyol.
1.3. Maksud dan tujuan
Melalui
 tugas ini, diharapkan menjadi jendela pengetahuan baru bagi saya untuk 
semakin mengenal negara Spanyol pada umumnya dan Antonio Gaudi pada 
khususnya. Melalui pengetahuan ini diharapkan membawa cara pandang baru 
terhadap sikap desain, yang dapat menjadi cara pengembangan diri.
1.4. Batasan pembahasan
Laporan
 ini akan membahas negara Spanyol secara umum terlebih dahulu. Mencakup 
perkembangan sejarah secara singkat. Lalu akan dibahas tentang beberapa 
budaya Spanyol yang cukup populer. Spanyol disini diartikan sebagai 
Spanyol secara umum dan keseluruhan.
Kemudian
 masuk ke budaya Catalonia yang sebenarnya merupakan budaya mandiri; 
namun tidak dapat terlepaskan dari pembicaraan mengenai Spanyol pada 
umumnya. Budaya mandiri Catalonia inilah yang melahirkan tokoh Antonio 
Gaudi.
Pada
 bagian Antonio Gaudi akan dibahas tentang latar belakangnya serta 
karakteristik karyanya. Dari sini akan dicari kaitan antara 
karakteristik budaya Spanyol secara umum dengan karakteristik 
karya-karya Gaudi.
Setelah
 itu diberi pandangan atau pendapat tentang kaitan kedua hal tersebut, 
termasuk hal-hal yang dapat dibahas dari topik ini.
Budaya Populer Spanyol
1. Tarian Flamenco
Salah
 satu contoh budaya Spanyol yang memperoleh begitu banyak pengaruh 
adalah tarian Flamenco. Sekarang ini tarian Flamenco dianggap sebagai 
salah satu bentuk budaya Spanyol secara umum. Namun, sebenarnya tarian 
Flamenco merupakan salah satu tarian pergaulan tradisional berasal 
dari Andalusia, yang terletak di wilayah selatan. Akar dari tarian 
Flamenco berasal dari budaya kaum Gipsi Andalusia dan budaya 
Islam Persia. Dengan semakin berkembangnya tarian ini di wilayah lain, 
tradisi musik lokal ikut mempengaruhi, seperti unsur musik tradisional 
Castilia. Keberagaman ini menjadikan tarian Flamenco sebuah tarian 
dengan genre musik yang kuat, ritmik, bertenaga, anggun dan indah.
Sejarah
Banyak
 detail dari sejarah perkembangan flamenco hilang dalam sejarah Spanyol.
 Hal ini disebabkan antara lain karena flamenco muncul dari kelompok 
sosial masyarakat bawah sehingga kurang mendapat prestise dari kalangan 
masyarakat menengah dan atas. Selain itu, musik dan tarian flamenco 
diturunkan dari generasi ke generasi melalui penampilan dalam acara 
komunitas sosial dan tidak dicatat dalam literatur.
Selama
 abad ke-18, berkembang ‘flamenco fiesta’. Dalam pesta ini, pertunjukkan
 tari dan musik flamenco bisa selama beberapa hari. Di sini tercipta set
 musik dan aturan sosial yang menjadi dasar flamenco.
Pada
 abad ke-19, flamenco mulai menyebar keluar dari daerah Andalusia dan 
mulai terbagi menjadi beberapagaya. Dan berkembang demam 
‘cafe-cantante’, dimana pertunjukkan flamenco banyak digelar di 
cafe-cafe lokal. Penari-penari flamenco manjadi salah satu daya tarik 
utama publik.
Lambat
 laun, flamenco dan asosiasinya dengan kaum Gipsi menjadi populer di 
seluruh Eropa. Melancong yang ke Spanyol serasa belum ‘afdol’ jika belum
 menonton tarian flamenco. Sejak saat itu, Spanyol secara umum 
diasosiasikan dengan flamenco.
Sejak
 tahun 1956 hingga kini, muncul trend opera flamenca, dimana musik dan 
tarian flamenco dilihat sebagai pertunjukkan opera, yang secara bertahap
 digelar di gedung-gedung besar seperti teater dan arena adu banteng.
Instrumen
Flamenco tradisional biasanya hanya diiringi nyanyian tanpa alat musik (disebut cante). Dalam perkembangannya, nyanyian diiringi dengan:
- Gitar flamenco (toque)
- Tepukan tangan yang ritmik (palmas)
- Hentakan kaki yang ritmik (zapateado)
- Dansa (baile)
- Bandurria dan tamborin
- Castanet
2.  Adu Banteng (corrida de toros)
Karena keberagaman yang tinggi, kadang budaya Spanyol diwarnai dengan kontradiksi. Sebagai contoh, adu banteng, atau Corrida de toros bagi
 orang Spanyol, merupakan pertunjukan juga olah raga yang menarik dan 
penuh kontradiksi. Secara visual, tampilan matador dalam kostum serba 
gemerlap dan halus, badan yang selalu langsing dan sportif, begitu 
kontras dengan tampilan banteng yang gelap, solid, dan sangat ganas. 
Gerakan matador yang bagai tarian diakhiri dengan tebasan pedang. 
Lapangan berpasir yang putih pun memerah oleh darah banteng. Keindahan? 
Ya. Sadis? Ya juga. Kengerian bagi penonton yang tak akrab dengan 
tradisi ini. Namun, kemampuan matador dalam menghindar dari terjangan 
banteng, terlebih sikapnya yang menantang si banteng menjadi kenikmatan 
tersendiri. Karenanya ia bertahan, bahkan tak menunjukkan tanda-tanda 
bakal menyingkir dari lubuk sanubari penggemarnya di Spanyol, Portugal, 
Prancis Selatan, dan negara-negara Amerika Latin.
Sejarah
Dulu tujuan utama corrida melulu
 mempersiapkan banteng untuk dihabisi pedang matador. Namun tahun 1914 
Juan Belmonte, seorang matador bertubuh kecil dari Andalusia, 
memperkenalkan pendekatan penuh resiko, yaitu mengibaskan muleta semakin
 dekat dengan tubuh banteng dengan gerakan-gerakan indah. Aksi 
menghabisi bantengnya tergeser ke nomor dua. Kemampuan matador dalam 
menghindar dari terjangan banteng, terlebih sikapnya yang menantang si 
banteng, ternyata menyerobot minat penonton.
Kehebatan
 matador dilihat dari keterampilannya menghindar, keindahannya dan 
keberaniannya berada sedekat mungkin dengan banteng. Di titik ini corrida tak
 lagi tinggal sebagai pertarungan antara manusi dan banteng, namun lebih
 sebagai pertarungan antara manusia dengan dirinya sendiri. Setiap detik
 dalam tampilannya, matador harus memutuskan seberapa dekat ia akan 
berani membiarkan banteng mendekat, dan seberapa jauh ia bisa mengempos 
keberanian untuk memuaskan penonton.
Sudah
 barang tentu matador, betapa pun jayanya selalu akrab dengan tandukan 
banteng. Hampir setiap matador pernah kena tanduk paling tidak sekali 
dan satu musim pertunjukan. Bermonte ditanduk lebih dari 50 kali. Bahkan
 sejak tahun 1700 dari sekitar 125 orang matador besar, 40 diantaranya 
tewas di arena. Itu belum termasuk banderillero atau picador yang
 tewas. Contoh lain, Joselito (Jose Gomez), teman sekaligus rival 
Belmonte, yang dipandang sebagai salah seorang matador terhebat 
sepanjang masa, akhirnya tewas di ujung tanduk banteng pada tahun 1920.
Deskripsi
Acaranya
 dibuka dengan prosesi meriah. Para matador mengenakan jas pendek, rompi
 dan celana ketat sebatas lutut. Bordiran rumit dari benang emas, perak 
dan sutra menghiasi kostum mereka. Khusus untuk prosesi, jubah satin 
yang juga dihiasi bordiran indah menggelantung megah di pundak. 
Kemejanya berenda-renda, kaus kakinya merah muda, sepatu hitam dengan 
sol rata. Topinya hitam dari sutra.
Selain matador, para asistennya – disebut banderillero dan picador –
 ikut berparade. Saat prosesi selesai, walikota melemparkan kunci pintu 
kandang banteng. Sang banteng masuk arena. Lalu seorang banderilleromengibaskan muleta (kain
 berwarna nila) hanya dengan satu tangan untuk memancing reaksi banteng.
 Ini gunanya agar matador mengamati apakah banteng ini punya 
kecenderungan lebih suka menyerang dengan salah satu tanduk saja, atau 
kedua-duanya. Setelah itu, barulah matador masuk ke arena.
Biasanya, ia akan mulai dengan gerakan-gerakan veronica. Muleta dikibaskan
 perlahan dengan kedua tangan dari arah si banteng, tanpa ia sendiri 
pindah posisi. Begitu terus sampai banteng kian dekat, begitu dekat, 
sehingga muleta cukup dikibaskan memutari pinggangnya sendiri. Gerakan 
yang sebenarnya merupakan jurus dasar yang harus dikuasai seorang 
matador ini indah di mata, karena mendekati gerakan menari. Bayangkanlah
 apa yang kita lakukan kalau kita berdekatan dengan seekor banteng 
ganas! Boro-boro menari. Karena matador melakukannya dengan begitu 
indah, penonton dibuat lupa betapa dekat ia pada resiko ditanduk.
Sementara itu para picador masuk.
 Dari atas kuda tunggangan, mereka menusuk banteng dengan harpun mirip 
tombak, menandai dimulainya babak awal, dari tigak babak, berturut-turut
 yang dimulai dengan pertarungan, lalu penancapan banderilla (sejenis harpun) oleh para banderillero, atau oleh picador. Pertunjukan dituntaskan dengan menghabisi banteng.
Dalam babak pertarungan, matador berupaya menyebabkan lawannya capek sehingga kehilangan stamina. Luka akibat tancapan banderilla yang terus-menerus mencucurkan darah juga cara lain mebuat kondisinya melemah.
Namun,
 yang biasanya dinantikan penonton adalah saat matador melancarkan 
tusukan fatal untuk menghabisi lawannya. Yang dipandang terbaik tentu 
dengan satu tusukan. Pertunjukan disebut recibiendo, hebat 
sekali, bila karena perhitungan yang matang dan keberaniannya, matador 
berhasil menancapkan pedang pas di saat ia berhadapan muka dengan si 
banteng, justru ketika banteng sedang menerjang ke arahnya.
Karena
 kesempatan hanya dihitung dalam detik, tusukan itu harus langsung kena 
sasaran (jantung) dan (konon, ini indahnya) dilakukan hanya beberapa 
saat sebelum tanduk si banteng menyentuh tubuh matador. Begitu tusukan 
dituntaskan dan sukses, matador sedikit menepi untuk memberi ruang bagi 
jatunya banteng, tertelungkup seolah menyembah pasrah kalah di hadapan 
sang matador! Namun, karena cara ini amat tinggi resikonya, amat jarang 
dipraktikkan. Bagaimana bila tusukan yang diharapkan fatal, ternyata tak
 berhasil melumpuhkan?
Seorang matador yang kemenangannya sudah diakui akan memutari arena diiringi para banderillero di
 tengah gemuruh sorak-sorai penonton. Bila penampilannya dinilai bagus, 
salah satu daun telinga banteng dipersembahkan sebagai tanda 
kemenangannya. Bila amat memuaskan, kedua daun telinga jadi haknya. 
Kalau recibiendo, selain dua daun telinga ia juga mendapat ekor!
Adu lari dengan banteng (dalam bahasa Inggris ‘bull-run’, dalam bahasa Basque ‘entzierro’, dalam bahasa Spanyol ‘el encierro’)
 merupakan suatu tradisi berlari di depan banteng-banteng yang telah 
dilepaskan ke suatu jalan kota yang telah disekat khusus untuk acara 
ini. Walaupun acara ini sering diadakan di festival kota dan desa di 
seluruh Spanyol, namun acara bull-run yang paling terkenal adalah di 
festival San Fermin di Pamplona, yang disiarkan langsung di Television 
Espanola dan Cuatro.
Tidak
 seperti adu banteng yang dilakukan oleh profesional, dalam acara 
bull-run ini, setiap orang boleh berpartisipasi. Luka-luka menjadi hal 
yang lumrah dalam acara ini, baik dari partisipan yang terseruduk 
banteng, maupun banteng yang tanduknya tersangkut di bebatuan jalan.
Sejarahnya
Tradisi
 ini bermula dari upaya memindahkan banteng-banteng dari kandang di 
pinggir kota (dimana mereka berada pada malam harinya) menuju ke arena 
adu banteng. Para pemuda biasanya suka melompat ke depan banteng-banteng
 itu untuk menunjukkan keberanian mereka. Sejak tahun 1924 telah 
tercatat 15 orang meninggal di Pamplona akibat acara ini. Korban 
meninggal terakhir pada tahun 1995 yaitu seorang turis dari Amerika.
Deskripsi
Persiapan
 dari acara ini adalah pendirian sejumlah barikade dari kayu dan besi 
yang didirikan di sepanjang jalan yang akan dilalui banteng berdasarkan 
rute terdekat menuju arena adu banteng. Barikade ini dibuat dua lapis 
untuk memungkinkan para partisipan untuk segera keluar dalam kondisi 
terjepit yang berbahaya. Celah barikade dibuat cukup lebar untuk nyelip, namun cukup sempit untuk menghalangi banteng ikut nyelip. Namun hati-hati dengan tanduknya.
Acara bull-run di festival San Fermin dibuka dengan nyanyian "A
 San Fermín pedimos, por ser nuestro patrón, nos guíe en el encierro 
dándonos su bendición" ("We ask San Fermín, as our Patron, to guide us 
through the Bull Run and give us his blessing"). Para pelari 
menggunakan baju tradisional berupa kemeja dan celana panjang warna 
putih dengan kain berwarna merah yang diikatkan di pergelangan tangan 
dan leher. Di satu tangan, mereka menggenggam koran yang digulung untuk 
menarik perhatian banteng bila diperlukan.
Acara
 dibuka dengan roket pertama (yang disebut chupinaxo) yang ditembakkan 
ke udara untuk memperingatkan para pelari bahwa pintu kandang banteng 
telah dibuka. Signal roket kedua menandakan bahwa keenam banteng telah 
dilepaskan dan memasuki jalan.
Orang-orang
 pun akan siap-siap berlari di depan banteng-banteng itu kapan pun 
mereka datang. Baiknya jika banteng-banteng ini lari dengan mulus dalam 
kelompok. Jika salah satu banteng terpisah dari kelompok, maka hal ini 
bisa jadi berbahaya karena dia akan mengalami disorientasi dan mulai 
menyerang apapun atau siapapun yang bergerak dan menarik perhatiannya.
Bagi
 pelari yang belum pengalaman, adalah suatu keberuntungan bila dapat 
menyentuh banteng, namun sebenarnya hal ini tidak dibenarnya dan bisa 
berakibat fatal bagi yang melakukannya karena hal ini bisa bersifat 
mengganggu bagi banteng tersebut dan bisa menyebabkannya ngamuk. Untuk 
meminimalkan kecelakaan yang tidak diharapkan, para pawang banteng ikut 
berlari di belakang banteng-banteng. Akhir pekan merupakan puncak acara 
sehingga pasti sangat padat, karenanya paling berbahaya.
Acara
 selesai ketika banteng terakhir memasuki arena adu 
banteng. Ada beberapa pelari yang memang nekat ikut masuk ke arena untuk
 menunggu dilepaskannya vaca (sapi khusus yang jadi sasaran banteng). Namun hal ini tidak disarankan karena sama berbahayanya dengan adu banteng.
3. Tomatina
La
 Tomatina merupakan acara perang makanan dalam festival kota Bunol di 
wilayah Valencia yang diadakan setahun sekali pada hari rabu di akhir 
bulan Agustus. Ratusan orang datang dari seluruh penjuru dunia datang 
untuk ikut dalam timpuk-timpukan menggunakan tomat yang sudah terlalu 
matang.
La
 Tomatina merupakan bagian dari festival selama seminggu yang diisi 
dengan pertunjukkan musik, parade, tarian, dan pertunjukkan kembang api.
 Semalam sebelum Tomatina, partisipan akan berkompetisi dalam kontes 
memasak paella (masakan tradisional spanyol yang terdiri dari nasi, ikan, tomat, dan sayur-sayuran)
Diperkirakan
 turis yang datang ke acara ini mencapai 20.000-40.000 orang. Melebihi 
penduduk Bunol yang berjumlah 9.000. Karena akomodasi yang terbatas, 
akhirnya pada turis umumnya tinggal di kota Valencia dan naik bus atau 
kereta untuk menuju ke Bunol, yang terletak 38 km dari Valencia. Sebagai
 persiapan, para pemilik toko dan rumah akan menggunakan plastik besar 
sebagai pelapis bagian depan bangunan mereka supaya terlindung.
Sejarahnya
Festival kota Bunol
 ditujukan sebagai penghormatan terhadap Santa Luis Bertran dan Bunda 
Maria. Tomatina telah menjadi tradisi di Bunol sejak 1944. Tidak ada 
yang tahu persis bagaimana tradisi ini bermula. Versi yang berkembang di
 masyarakat mengatakan bahwa tomatina dimulai ketika terjadi perang 
makanan lokal yang dilakukan oleh para pemuda. Ada pula yang mengatakan 
bahwa tradisi ini bermula ketika penduduk melempari walikota dengan 
tomat dalam sebuah perayaan. Apapun yang melatarbelakanginya, timpuk-timpukan tomat ini dirasa menyenangkan sehingga diulangi tahun berikutnya, lalu tahun berikutnya lagi hingga sekarang menjadi tradisi.
Pada Agustus 2007, perang tomat ini berhasil menyedot turis sebanyak 40.000 orang dan menggunakan 115.000 kg tomat.
Deskripsi
Sekitar
 pukul 10, acara dibuka dengan kedatangan truk-truk pengangkut tomat ke 
pusat kota, yaitu Plaza del Pueblo. Secara teknis, festival belum 
dimulai hingga ada seseorang yang berani untuk memanjat tiang setinggi 2
 lantai untuk mengambil hadiah berupa daging ham di puncaknya (semacam 
panjat pinangnya orang Spanyol). Namun dalam kenyataannya, proses ini 
sulit dan biasanya festival dibuka walaupun belum ada yang berhasil 
mengambil daging itu.
Acara
 dimulai ketika semprotan air ditembakkan dan kekacauan pun dimulai. 
Jika sudah dimulai, orang-orang akan saling lempar tomat secara 
serampangan. Para partisipan disarankan menggunkan goggle pelindung mata
 dan sarung tangan. Dan yang tidak kalah penting, sebaiknya tomat 
dipencet dulu sebelum dilemparkan. Peraturan lainnya adalah tidak ada 
yang diperbolehkan membawa apapun yang bisa menyebabkan kerusuhan 
serius, seperti botol kaca.
Setelah
 tepat setelah satu jam yang penuh kekacauan, semprotan air sekali lagi 
ditembakkan, menandakan berakhirnya perang tomat itu. Tidak ada lagi 
tomat yang boleh dilemparkan. Kemudian truk-truk pemadam kebakaran 
datang untuk membersihkan jalan dengan cara menyemprotkan air
>. Sejarah Islam Spanyol

Masuk dan menyebarnya Islam di Spanyol menjadi fakta sejarah yang membantah kesan bahwa dakwah Islam disampaikan dengan kekerasan. Tak hanya itu, Islam di Spanyol juga telah mengantarkan wilayah ini mencapai kejayaannya dengan sejumlah penemuan ilmiah revolusioner.
Sudah
 menjadi rahasia umum, bahwa di kalangan orientalis Barat berkembang 
persepsi, dalam dakwahnya para tokoh Islam ibarat menggenggam Al-Qur’an 
di tangan kanan dan menghunus sebilah pedang di tangan kiri.
Seolah-olah,
 demikian dikesankan para orientalis, satu-satunya pilihan bagi mereka 
yang tidak menerima Islam adalah: mati! Penilaian tersebut untuk 
menstigma bahwa Islam adalah ajaran kejam dan pengikutnya tidak lebih 
dari seorang jagal. Padahal peperangan yang dilakukan Islam di masa 
Rasul dan sahabatnya ataupun masa sesudahnya, jauh dari kesan kejam dan 
brutal. Syari’at Islam menjelaskan perang dalam Islam terdiri dari dua 
jenis. Pertama adalah perang defensif karena diserang dan dalam rangka 
mempertahankan diri atau mempertahankan wilayah kaum muslimin. Kedua, 
perang ofensif dengan tujuan menghancurkan penghalang dakwah. Biasanya 
penghalang dakwah berupa digelarnya pasukan oleh penguasa kafir yang 
menolak wilayahnya dimasuki ajaran Islam dan kaum muslimin. Karena 
menyebarkan dakwah adalah kewajiban syara’, maka peperangan menjadi 
metoda yang absah dalam konteks syari’at Islam dan sejarah perkembangan 
Islam.
>
Lagipula perang dalam Islam untuk menghidupkan umat manusia, bukan memusnahkan. Oleh karena itu, ketika kaum muslimin menang perang dan menguasai wilayah, tidak bertujuan menjajahnya.
>
Lagipula perang dalam Islam untuk menghidupkan umat manusia, bukan memusnahkan. Oleh karena itu, ketika kaum muslimin menang perang dan menguasai wilayah, tidak bertujuan menjajahnya.
Masuk dengan Damai
Islam
 sendiri, jelas mengutamakan perdamaian. Perjalanan sejarah masuk dan 
menyebarnya Islam di Spanyol, menjadi salah satu buktinya. Dalam proses 
yang memakan waktu relatif singkat, tiga tahun, Islam berhasil menyebar 
ke seantero Spanyol. Hebatnya lagi, para pendakwah yang memperkenalkan 
Islam di Spanyol dari tahun 711 hingga 714 Masehi itu, hanya mengalami 
satu kali peperangan.
Peperangan
 itu pecah pada awal masuknya Islam ke sana, yaitu sekitar tahun 709 
Masehi di Guadelete, sebuah kota terkemuka dekat Cadiz. Peperangan itu 
sebenarnya bermula dari pertikaian antara sesama umat Kristen Spanyol. 
Raja Roderick yang berkuasa saat itu memaksakan keyakinan trinitas 
Kristen yang dianutnya kepada umat Nasrani Aria. Berbeda dengan para 
pendukung Roderick yang meyakini Nabi Isa sebagai Yesus, yaitu Allah 
Bapak, Anak Tuhan, dan Ruh Kudus, kaum Nasrani Aria meyakini Nabi Isa 
semata sebagai Rasulullah. Pemaksaan keyakinan Trinitas oleh Raja 
Roderick ini menimbulkan penindasan di kalangan Nasrani Aria. Lantas 
pimpinan merekapun mendukung pasukan Muslim pimpinan Tariq bin Ziyad, 
sesaat setelah memasuki wilayah Andalusia melalui selat Giblatar. Maka 
pecahlah perang antara pasukan Raja Roderick dengan pasukan Muslim 
pimpinan Tariq bin Ziyad. Sejarawan Barat yang beraliran konservatif, W.
 Montgomery Watt dalam bukunya Sejarah Islam di Spanyol mencoba 
meluruskan persepsi keliru para orientalis Barat yang menilai umat Islam
 sebagai yang suka berperang. Menurutnya, “Mereka (para orientalis) 
umumnya mengalami mispersepsi dalam memahami jihad umat Islam. 
Seolah-olah seorang muslim hanya memberi dua tawaran bagi musuhnya, 
yaitu antara Islam atau pedang. Padahal bagi pemeluk agama lain, 
termasuk ahli kitab, mereka bisa saja tidak masuk Islam meski tetap 
dilindungi oleh pemerintahan Islam”.
Itulah
 yang terjadi sepanjang perjalanan sejarah masuknya Islam ke Spanyol. 
Islam tak hanya masuk dengan damai, namun dengan cepat menyebar dan 
membangun peradaban tinggi hingga Spanyol mencapai puncak kejayaannya. 
Kota-kota terkemuka Spanyol seperti Andalusia dan Cordova menjadi center
 of excellent peradaban dunia.
Montgomery
 menganalisa, ini karena Islam tak mengenal pemisahan yang kaku antara 
ilmu pengetahuan, etika, dan ajaran agama. Satu dengan yang lain 
dijalankan dalam satu tarikan nafas. Pengamalan syari’at Islam sama 
pentingnya dan memiliki prioritas yang sama dengan riset-riset ilmiah.

Tak mengherankan jika para ulama terkemuka seperti Ibnu Rusyd (1126-1198) misalnya, yang di Barat dikenal dengan Averous, diakui pula sebagai ilmuwan yang handal di bidangnya. Demikian halnya dengan Ibnu Arabi (1165-1240) yang juga telah mengharumkan Islam di Spanyol.
Ilmu
 pengetahuan bukanlah bagian yang terpisahkan dari syari’at Islam dan 
etika moral. Menurut Montgomery, tak ada yang dapat melukiskan relasi 
antara ilmu pengetahuan, agama, dan etika daripada kata-kata filosofis 
Ibnu Rusyd. Filsafat tak berarti apa-apa jika tak bisa menghubungkan 
ilmu pengetahuan, agama, dan etika dalam suatu relasi harmonis. Ilmu 
pengetahuan, demikian Ibnu Rusyd, dibangun di atas fakta-fakta dan 
logika hingga sampai kepada suatu penjelasan rasional. Etika, 
merefleksikan manfaat setiap riset ilmiah, sehingga harus dapat memberi 
nilai tambah bagi kehidupan. Sedangkan firman Allah, itulah Al-Qur’an, 
menjadi satu-satunya pembimbing kita untuk sampai pada tujuan hakiki 
dari hidup ini.
Temuan-temuan Iptek
Membicarakan
 pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Spanyol, tak bisa lepas 
dari kerja besar pembangunan peradaban yang dilakukan para pembawa 
risalah Islam ke kawasan Eropa itu. Tak bisa juga dipisahkan dari kajian
 etika serta syari’at Islam yang didakwahkan para da’i.
Itulah
 yang mendorong semangat para ilmuwan Muslim Spanyol: Pengetahuan itu 
satu karena dunia juga satu, dunia satu karena Allah juga satu. Prinsip 
“tauhid” semacam ini yang menjadi koridor berpikir para ilmuwan muslim 
dalam mengembangkan sains dan teknologi.
Tak
 mengherankan jika temuan-temuan para ilmuwan muslim pada zaman ini 
sangat revolusioner. Jauh sebelum Wilbur Wright dan Oliver Wright 
menemukan pesawat terbang pada abad 20, usaha menemukan alat 
transportasi penerbangan sudah dilakukan oleh Abu Abbas Al-Fernass. Bahkan
 ia sudah mencoba terbang, meski kendaraan yang ditemukannya tak 
sempurna. Sayangnya, sejarah peradaban dunia Islam yang berbasis di 
Andalusi, Spanyol itu, tak terekam oleh Barat. Sementara catatan-catatan
 sejarah Islam, ditutup rapat untuk tak dijadikan referensi.
Toh
 sejarah tak bisa berdusta. Demikian halnya dalam pengembangan ilmu 
kedokteran oleh para pakar muslim. Selain Ibnu Rusyd, adalah Az-Zahrawi 
yang dikenal sebagai orang pertama yang memperkenalkan teknik pembedahan
 manusia. Az-Zahrawi yang lahir dekat Cordova pada 936 Masehi, dikenal 
sebagai penyusun ensiklopedi pembedahan yang karya ilmiahnya itu 
dijadikan referensi dasar bedah kedokteran selama ratusan tahun. 
Sejumlah universitas, termasuk yang ada di Barat, menjadikannya sebagai 
acuan.
Demikian
 halnya kontribusi ilmuwan Islam di bidang astronomi. Adalah 
Az-Zarqalli, astronom muslim kelahiran Cordova yang pertama kali 
memperkenalkan astrolabe. Yaitu suatu instrumen yang digunakan untuk 
mengukur jarak sebuah bintang dari horison bumi. Penemuan ini menjadi 
revolusioner karena sangat membantu navigasi laut. Dengan demikian, 
transportasi pelayaran berkembang pesat selepas penemuan astrolabe. 
Sementara pakar geografi, Al-Idrisi, yang lahir di Ceuta pada 1099 
Masehi, setelah menuntut ilmu di Cordova juga menemukan dan 
memperkenalkan teknik pemetaan dengan metode proyeksi. Suatu metode yang
 sama dengan yang dikembangkan Mercator, empat abad kemudian.
Eropa
 Berhutang Budi Temuan sains dan teknologi, serta kajian filsafat Muslim
 Spanyol, mengalir ke seluruh kawasan ibarat mengairi kekeringan 
kehidupan intelektual Eropa. Para pelajar dari Eropa Barat memenuhi 
perpustakaan-perpustakaan serta kampus-kampus perguruan tinggi yang 
dibangun oleh ilmuwan muslim di sana.
Pola
 pendidikan yang dikembangkan para ilmuwan muslim di sana, sungguh 
memikat para pelajar dari Eropa. Dalam kitabnya yang berjudul 
Muqaddimah, ulama Muslim terkemuka Ibnu Khaldun menilai metode 
pendidikan yang dikembangkan saat itu sebagai “Mengarahkan seseorang 
untuk mengerti sesuatu melalui apa yang dikerjakannya”. Secara sederhana
 Ibnu Khaldun menyebutnya sebagai “Metode belajar dengan hati” atau 
“Learning by doing” dalam bahasa kita sekarang.
Kondisi
 inilah yang mencerahkan paradigma berpikir orang-orang Eropa. Menurut 
Montgomery, cukup beralasan jika kita menyatakan bahwa peradaban Eropa 
tidak dibangun oleh proses regenerasi mereka sendiri. Tanpa dukungan 
peradaban Islam yang menjadi “dinamo”nya, Barat bukanlah apa-apa.
Inilah
 yang sesungguhnya menjadi momentum Eropa memasuki masa Renaissance. 
Pada abad sembilan, demikian Montgomery, Universitas Cordoba menjadi 
gerbang Eropa memasuki zaman pencerahan. Sayangnya orang-orang Eropa 
merasa pencerahan mereka berawal pada abad enam belas dari Florence di 
Italy.
Yaitu
 pada saat pemimpin Eropa bersepakat ‘meninggalkan’ agama dalam segala 
aspek kehidupan dan mengembangkan apa yang disebut sekularisme. 
Akibatnya, keagungan peradaban Islam yang dibangun di Spanyol berakhir 
dengan tragis. Yaitu pada saat penguasa di sana menghancurkan semua 
karya pemikiran para ilmuwan muslim. Tidak hanya karya-karyanya yang 
dimusnahkan, para ilmuwannya pun disingkirkan.
Ibnu
 Massarah diasingkan, Ibnu Hazm diusir dari tempat tinggalnya di 
Majorca, kitab-kitab karya Imam Ghazali dibakar, ribuan buku dan naskah 
koleksi perpustakaan umum al Ahkam II dihanyutkan ke sungai. Ibnu 
Tufail, Ibnu Rushdy disingkirkan. Nasib yang sama, juga dialami Ibnu 
Arabi. Akhirnya, kebijakan bumi hangus tersebut telah menyebabkan 
kesulitan merekonstruksi perjalanan sejarah Islam di Sevila, Cordoba, 
dan Andalusia sebagai bukti keagungan peradaban Islam di Spanyol tidak 
bias dipungkiri, meski kemudian sirna dihancurkan dalam Perang Salib. 
Tepat pada 2 Januari 1492, Sultan Islam di Granada, Abu Abdullah, untuk 
terakhir kalinya melihat Al Hambra…
yang benar datangnya dari Allah, kesalahan berasal dari kejahilan hamba-Nya yang dho’if..
postingan sangat membantu, terimakasih
BalasHapussaran saja, tulisan tidak terlalu jelas, warna font kurang sesuai.